Masjid yang terletak di Pulau Penyengat, Tanjung Pinang Barat ini
menjadi salah satu masjid kebanggaan masyarakat Kepulauan Riau. Selain
bernilai sejarah, masjid yang dibangun atas prakarsa Raja Abdurrahman
Yang Dipertuan Muda Riau VII ini dikenal karena keunikannya.
Pasalnya, proses pembangunan masjid tersebut tidak dilakukan dengan
cara yang lazimnya dilakukan pada pembangunan masjid lainnya. Bangunan
masjid yang didirikan pada 1 Syawal 1249 H (1832 M) ini konon katanya
terbuat dari campuran putih telur sebagai bahan perekat.
Kisah ini berawal dari rencana Raja Abdurrahman yang ingin melakukan
perluasan terhadap masjid ini. Mulanya, masjid ini memang hanya berupa
bangunan masjid sederhana dan tidak menampung banyaknya jamaah yang
datang untuk beribadah. Raja Abdurrahman pun kemudian mengerahkan
warganya untuk gotong-royong dalam membangun masjid ini.
Tidak hanya sumbangan tenaga, tidak sedikit masyarakat yang rela
menyumbang aneka makanan bagi para pekerja demi segera rampungnya masjid
ini. Salah satu bahan makanan hasil sumbangan masyarakat yang melimpah
ruah adalah telur. Agar bermanfaat dan tidak terbuang sia-sia, arsitek
pun berinisiatif menjadikan campuran putih telur dan kapur sebagai salah
satu perekat untuk memperkuat bangunan masjid.
Konon kabarnya, campuran putih telur membuat masjid yang dinamakan Masjid Sultan Riau Penyengat
ini dapat berdiri kokoh dan bertahan hingga saat ini. Kisah ini sendiri
terus diceritakan turun-temurun sehingga membuat Masjid Sultan Riau
terkenal di seluruh nusantara.
Masjid Sultan Riau mememiliki luas bangunan 18m × 19,80m yang berdiri
di lahan seluas 55m × 33m. Masjid Sultan Riau memiliki 13 kubah dan 4
menara. Jika dijumlahkan menjadi 17 yang menunjukkan pada bilangan
rokaat sholat yang harus ditunaikan oleh kaum muslim setiap hari.
Masjid Sultan Riau memiliki bangunan utama dan beberapa unit bangunan
yang terpisah. Di dalam ruangan masjid, terdapat ratusan kitab kuno
yang tersimpan rapi. Pada umumnya, kitab-kitab tersebut merupakan
koleksi perpustakaan yang didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf al Ahmadi,
Yang Dipertuan Muda Riau X.
Dengan keunikan dan koleksi bersejarah yang dimilikinya, membuat
Masjid Sultan Riau menjadi salah satu tujuan wisata rohani masyarakat
musim yang tinggal di Kepulauan Riau hingga Asia Tenggara.